Rabu, 04 September 2013

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM (bag.1)

Definisi dan Latar Belakang

           
            Pemberdayaan dapat disamakan dengan pengembangan (empowerment) atau pembangunan (development), (Abdi, 2005). Secara definisi Payne menyatakan bahwa Empowerment is to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and self-confidence to use power and by transferring power from the environtment to clients. Berdasarkan definisi tersebut terdapat aspek-aspek penting dalam pemberdayaan, yang meliputi peningkatan kapasitas personal, dan rasa percaya diri dalam upaya pengambilan keputusan serta tindakan yang terkait dengan kehidupan manusia secara personal dan komunal. Dari penjelasan diatas pemberdayaan masyarakat merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang bertumpu pada manusia (People centered deveopment), yang mana strategi ini menekankan pada pentingnya peningkatan kapasitas manusia (secara personal maupun komunal) untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal.

            Teori pemberdayaan ini muncul pada tahun 1990-an setelah kegagalan teori-teori pembangunan seperti Growth Approach (pendekatan pertumbuhan) dan teori Rostow yang menekankan pada strategi industrialisasi, substitusi impor dengan investasi dan padat modal untuk mendongkrak potensi yang ada pada masyarakat, (Abdi, 2005). Dalam teorinya Rostow menyatakan bahwa akan muncul limpahan rezeki kebawah (Trickle Down Effect) ketika strategi industrialisasi, substitusi impor dengan investasi tinggi, dan padat modal digunakan untuk mendongkrak potensi yang ada pada masyarakat. Alih-alih munculnya limpahan rezeki ke bawah, teori ini berujung pada meningkatnya pengangguran pada angkatan kerja yang diikuti dengan peningkatan kejahatan akibat urbanisasi tenaga kerja tidak terampil, Pendekatan ini juga memunculkan Pseudo Capitalis (kapitalis semu), yaitu orang-orang yang menjadi kapitalis karena kedekatan dengan kelompok penguasa (elit politik) dimana mereka mendapatkan kemudahan dari regulasi-regulasi yang ada.

            Selain itu terdapat beberapa teori lain yang bertujuan untuk memberdayakan  masyarakat di negara-negara dunia ketiga (miskin), tetapi dalam aplikasinya dinilai tidak berhasil untuk mewujudkan tujuannya. Beberapa teori lain tersebut adalah, Pertama adalah teori Resdistribution of Growt Approach (pendekatan pertumbuhan dan pemerataan), pendekatan ini diterapkan pada tahun 1973 oleh Adelman dan Morris dengan menerbitkan Ecomomic Growth and Social Equity in Developing Countries. Menggambarkan indikator-indikator pembanguanan dalam tiga indikator, yaitu indikator sosial-budaya ( tiga belas indikator), indikator politik ( tujuh belas indikator) dan indikator ekonomi (delapan belas indikator). Secara  teoritis pendekatan ini mudah dipahami, tetapi dalam penerapannya hal ini sangat sulit, karena masalah kemiskinan dalam perwujudan yang nyata bukanlah sekedarmasalah mendistribusikan barang ataupun jasa kepada kelompok masyarakat tertentu.

            Kedua adalah Dependence Paradigma (paradigma ketergantungan), teori ini dimunculkan pada tahun 1970-an oleh Cardoso. Menurutnya untuk menggerakkan industri-industri dibutuhkan komponen-komponen dari luar negeri dan hal ini menimbulkan ketergantungan dari segi teknologi dan kapital. Dan distribusi pendapatan di dunia ketiga menimbulkan pembatasan akan permintaan terhadap barang hasil industri yang hanya mampu dinikmati sekelompok kecil kaum elite dan setelah permintaan terpenuhi maka proses pertumbuhan terhenti.

            Ketiga, adalah The Basic Needs Approach (pendekatan kebutuhan pokok), teori ini diperkenalkan oleh Baricloche Foundation di Argentina. Menurut kelompok ini, kebutuhan pokok tidak mungkin dapat dipenuhi jika mereka masih berada dibawah garis kemiskinan serta tidak mempunyai pekerjaan untuk mendapatkan yang lebih baik. Oleh karena itu ada tiga sasaran yang dikembangkan secara bersamaan yaitu : (a) membuka lapangan kerja, (b) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (c) memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Keempat, The Self-Reliance Approach (pendekatan kemandirian), pendekatan ini muncul sebagai konsekuensi logis dari berbagai upaya negara dunia ketiga untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap negara-negara industri.   

Pengikut

Jumlah Pengunjung

free counters