Kamis, 24 Oktober 2013

Jangan Salah kaprah, Kini Semangat Pengabdian Kian Renta


Universitas Gadjah Mada kembali menjadi perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Webometrics. Menurut pengumuman yang dirilis 2012, UGM berada di peringkat 9 dalam daftar 100 besar perguruan tinggi (PT) terbaik di Asia Tenggara dan peringkat 379 dunia. Begitu juga Lembaga 4 International College and University (4ICU) kembali melansir pemeringkatan universitas terbaik di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam pemeringkatan Juli 2013, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tetap mengukuhkan diri di peringkat pertama se-Tanah Air. Kedua Penilaian ini merupakan pemeringkatan berdasarkan popularitas website. Hal yang ingin dicapai, Pimpinan perguruan tinggi didorong untuk menerapkan manajeman situs yang profesional dengan memperhatikan mutu dan kuantitas publikasinya. Hal penting lainnya adalah para civitas akademika perguruan tinggi didorong untuk produktif dalam penelitian. Menanggapi hal itu Kepala Humas UGM mengatakan bahwa peringkat yang dicapai UGM tersebut sebagai salah satu parameter untuk mengukur capaian dari upaya yang telah dilakukan UGM selama ini, artinya penyebaran ilmu pengetahuan dan informasi menggunakan laman UGM semakin membudaya.
Ditengah perasaan bangga karena mendapat predikat Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia, kita mungkin melewatkan satu hal yang membuat kita tertegun. Penasehat Kebijakan Pendidikan Tinggi dari Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA), Tiiji Wake pernah mengatakan, bahwa kelebihan PT di Indonesia dibandingkan PT Jepang, yakni ada keharusan pengabdian pada masyarakat. Inilah sejatinya yang membuat rasa kebanggaan kita muncul sebagai akademisi kampus, bahwa mereka pendiri kampus dan bangsa ini menitipkan dharma yang sangat suci “PENGABDIAN” pada hari itu. Dan kini, masih patutkah kita berbangga hanya dengan penilaian dari aspek popularitas web semata?
Kita semua tahu dan sepakat bahwa setiap Perguruan Tinggi mempunyai sejarah Tridharma Perguruan Tinggi yang menjadi pembeda antara PT indonesia dengan PT negeri lain, dan nyaris tak terlihat dalam deretan “Kriteria Kampus Terbaik” tridharma ke tiga ini yang kita sebut “PENGABDIAN”.
Muara dari aktualisasi kegiatan ilmu, baik pendidikan maupun penelitian, adalah pengabdian pada masyarakat; pengabdian ini bukanlah beban tambahan yang harus dipilih, tapi justru menjadi basis pijakan. (Purwo santoso, 2011). Ironis memang, seharusnya pengabdian sebagai muara dari pendidikan dan penelitian, dimana dari hasil pendidikan dan penelitian itu lahir generator pemberdayaan yang mengaplikasikan ilmu temuannya untuk kepentingan masyarakat, bukan sebatas berkutat pada publikasi ilmiah, namun juga dampak positif yang diberikan oleh akademisi terhadap masyarakat, baik mahasiswa, maupun dosen kapanpun dan dimanapun. Bahkan ada semboyan yang meyakinkan kita bahwa pentingnya pengabdian menjadi ruh Perguruan Tinggi, “Riset itu boleh gagal tetapi pengabdian harus berhasil, riset itu boleh berhenti tetapi pengabdian harus terus berlanjut”.
Semangat mengembangkan program pemberdayaan masyarakat ini sudah dibangun UGM sejak masa KKN. UGM termasuk salh satu kampus pelopor program KKN nasional. Sejak tahun 1971 sampai sekarang, UGM mengirimkan ribuan mahasiswanya untuk turun langsung ke masyarakat, membangun masyarakat hingga sekarang KKN menjadi entitas nasional yang menakjubkan menurut sebagian besar orang-orang luar negeri, dan ini patut kita syukuri dan tingkatkan. Dengan demikian misi pengabdian pada masyarakat, melambangkan bahwa Perguruan tinggi merupakan bagian integral masyarakat (Yuara Sukra, 1986).
Sebagai Universitas yang mengaku menjunjung tinggi nilai pengabdian, tampaknya agak berseberangan dengan sikap UGM yang mendeskreditkan dirinya sebagai World Class Riset University. Sehingga dampaknya UGM terkesan fokus akan riset-riset tanpa pernah berinteraksi dengan masyarakat. Mahasiswanya pun sibuk mengurus kepentingan karir masa depan dan memperkaya dirinya sendiri tanpa berbalas budi “uang rakyat” berupa subsidi pendidikan yang kita nikmati ini.
Menurut salah satu Dosen penggerak pengabdian masyarakat di UGM, “Pendidikan jangan hanya jadi status sosial. Pengabdian itu adalah pengamalan, tetapi beramal yang sistemik bukan asal-asalan”, ujar beliau saat pelepasan masa Purna baktinya.
Jika benar UGM niat patenkan KKN jadi ikon Kampus secara nasional. Maka harapan kita bersama adalah, civitas kampus melakukan perombakan besar pada sistem pendidikan dan risetnya bahwa semua itu nantikan akan bermuara pada pengabdian. Sehingga tidak ada lagi dosen ataupun mahasiswa yang ogah-ogahan diminta memberikan penyuluhan kepada masyarakat pedesaan yang membutuhkan.

Kalau kita akan memuliakan bangsa dan nusa, baiklah kita menyempurnakan terlebih dahulu mereka yang berjuta-juta di desa desa itu. Selama mereka belum hidup sempurna belumlah kita berhak menamakan diri kita sebagai anak Indonesia.
(Dr. Soetomo 1908)


Dibalik semangat pengabdian yang kian renta dimakan usia, akan muncul generator baru pemberdayaan masyarakat yang siap melaju, menembus batas ruang dan waktu.

Sumber :
Dicuplik dari Seminar Pemberdayaan Masyarakat (purna bakti Ir. Gatot Murdjito MS. 2013)

-lareangon


Kamis, 03 Oktober 2013

PROFIL GERISMA

#Anjuran berbuat kebaikan.Bertaqwalah kepada Alloh di manapun engkau berada, iringilah kejelekan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan bergaulah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.”, begitulah sepenggal hadis yang diriwayatkan Abu Dzar r.a. mengisyaratkan pada kita (umat islam) untuk berbuat kebaikan pada sesama manusia, termasuk tetangga kita. Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya. (H.R. Bukhari-Muslim).
#Rumahku – Kontrakanku. Sejatinya rumah atau kontrakan mahasiswa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Rumah yang kita tinggali ini punya peluang besar untuk menjadi sarana yang ampuh  dalam mensyiarkan nilai nilai islam, namun kebanyakan para penghuni kontrakan ini (mahasiswa) jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau tetangganya. kontrakan hanya sebagai tempat singgah dan beristirahat (kaya’ shelter bus).
#Sayangi Tetangga. Masyarakat mungkin maklum dengan keterbatasanmu bersosialisasi di lingkungan sekitar  tempat tinggalmu, kamu hanya anak kos biasa dengan segudang aktivitas kampus.. tetapi sampai kapan.. sampai kapan kamu dan aku hidup dalam serba “kemakluman”?
#Seharusnya, sholeh-mensholehkan. Sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Khotob r.a. bahwa “suatu masyarakat kehilangan keseimbangannya manakala ada gejala berikut ini; ada orang-orang shaleh yang lemah dan tidak berdaya serta ada orang-orang jahat yang kuat dan perkasa”. Jangan sampai keberadaan kita tidak memberikan manfaat bagi sesama (dalam bahasa jawa; muspro)
“…Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,.” (An-Nisa:36)
#GERISMA namanya: “Dengan semangat Qur’an kita bangun kontrakan”. Pada mulanya gerakan ini hanya sebatas jasa penyedia informasi kontrakan- khusus MABA menjelang Penerimaan Mahasiswa Baru UGM, karena dirasa penting (menyangkut kebutuhan MABA) hingga pada masanya tiba, timbulah gagasan membuat komunitas kontrakan untuk menjaga asas keberlanjutan. Semangat Gerakan Rumah Indah-Sehat Mahasiswa (GERISMA) adalah komitmen kita bersama, teman-teman komunitas aktif mendata dan mengunjungi kontrakan “door to door “ dalam rangka sensus Gerisma 2013. Kegiatan ini selain menjadi sarana silaturahim antar kontrakan juga mengajak sahabat lain untuk berpartisipasi di dalamnya. Al hasil dari 18 kontrakan yang terdata, tiap kontrakan punya agenda kontrakan sesuai dengan ciri khas masing-masing; mulai dari masak-masak, safari kontrakan , ngajar TPA sampai kajian kitab,  yang paling istimewa 80% memiliki program Qur’an harian yang terstruktur. “Tiada hari tanpa Qur’an”. Melalui Qur’an, masyarakat (termasuk penghuni kontrakan)  dibentuk dalam budaya keislaman yang akrab dengan Qur’an. Harapan kita, kontrakan Qur’ani inilah yang akan menularkan kebaikan dengan aktif terlibat dalam kegiatan kampung.
#Sehat jasmani, sehat ruhani, sehat sosial. Alhamdulillah sejauh ini program bersama komunitas kontrakan yang baru berjalan: posko kontrakan peduli, thifan pokhan (olahraga). Saudara-saudara semuga ini bisa menjadi ikhtiar kita bersama, yakni menciptakan kultur islami di lingkungan rumah/ tempat tinggal, menerapkan unsur keshalehan sosial di lingkungan sekitar  kontrakan/ tempat tinggal, mengembangkan kapasitas sosial (social capacities) sehingga mahasiswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Bayangkan apa jadinya jika suatu saat di wilayah kampus kita dipenuhi kontrakan mahasiswa yang soleh/solehah ya?. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, …”(Al-A’raf : 96).
Berbuat baik dan memuliakan tetangga adalah pilar  terciptanya kehidupan sosial yang harmonis bahkan kepada tetangga non-islam sekalipun. Apabila seluruh kaum muslimin menerapkan perintah Allah Taala dan Nabi SAW ini, sudah barang tentu tidak akan pernah terjadi kerusuhan dan tawuran di negara mayoritas muslim ini. Insyaallah



visit us :D
Gerisma on facebook : gerisma

Rabu, 02 Oktober 2013

LANDASAN AL QURAN DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

Masyarakat Madani atau masyarakat beradab adalah   suatu kelompok individu dalam satu wilayah tertentu yang mendapatkan keadilan dan keseimbangan dalam hal kesejahteraan kehidupan sesuai dengan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT yang mempunyai kewajiban dan amanah dari Allah SWT untuk menegakan keadilan dengan hukum yang berlaku di negara nya. Selain itu adanya perbedaan suku, ras, keturunan, etnis dll, tidak menjadikan perbedaan menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat  madani pada hakikatnya adalah reformasi terhadap segala praktik yg merendahkan nilai-nilai   manusia.Masyarakat madani yg dideklarasikan oleh nabi adalah merupakan reformasi terhadap masyarakat  Jahilliyah.seperti yg diketahui bahwa masyarakat jahilliyah adaalah masyarakat yg mempraktikkan ketidakadilan dan pengingkaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan.Praktik penindasan dikakukan secara sistematis terhadap orang miskin dan merupakan suatu hal yg biasa dilakukan.

Merujuk pada prinsip-prinsip masyarakat Madani atau masyarakat beradab dan sejahtera,maka perlu adanya unsur-unsur sikap Keadilan,Supremasi hukum,Persaamaan(Egalitarianisme),Pluralisme(Kemajemukan),dan Pengawasan sosial.

Berikut adalah beberapa riwayat  yang mendukung prinsip-prinsip masyarakat madani yang terkandung  dalam AL-Qur’an dan Al- hadist,

1.Keadilan
Dalam islam sudah diterangkan dalam al-Qur’an dan Al- hadistnya tentang aspek kehidupan dalam bermasyarakat,seperti pada QS.AL-Takaatsur ayat 1-8 dan QS.AL-Humazah ayat 1-9 yang menjelaskan tentang para pengumpat dan pencela yg mengumpulkan harta benda dan  menghitung hitungnya ,ia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya.

2.Supremasi Hukum
QS.An-nisaa ayat 58 dan QS.AL-Maai’dah ayat 8 yang menerangkan tentang hukum islam,pentingnya berlaku adil terhadap siapapun tanpa pandang bulu,bahkan terhadaap orang yang membenci kita sekalipun,kit harus berlaku adil,karena sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang kita kerjakan.


3.Egalitarianisme(persamaan)
al-Qur’an dan Al- hadistnya QS.AL-Hujuraat ayat 13 yang menerangkan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dari jenisnya laki-laki dan perempuan,bersuku-suku,berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal satu sama lain.
Tentunya perbedaan itu harusnya  menjadi warna tersendiri ,sehingga bisa terjadi  suatu Egalitarianisme bukan sebaliknya.

4.Pengawasan sosial
Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif  dan optimis terhadap manusia,bahwa manusia pada dasarnya adalah baik,oleh karena manusia secara fitrah baik dan suci,maka kejahatan yang dilakukan bukan karena sifat dalam dirinya,akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya.Seperti kandungan pada QS.AL-A’raaf ayat 172,QS.Ar-ruum ayat 30,QS.Al’ashr ayat 1-3.

                     


sumber referensi :
Al Quranul Kariim
www.ut.ac.id

Selasa, 01 Oktober 2013

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI DALAM AL QURAN


وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ  [التوبة: 71]
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Masyarakat modern mendambakan sebuah sistem kehidupan dimana elemen-eleman dalam masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam menata kehidupan yang mereka inginkan. Masyarakat yang demikian kerap disebut masyarakat sipil (Civil Society), namun beberapa cendikiawan Muslim di Asia Tenggara lebih suka menggunakan istilah masyarakat madani sebagai gantinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masyarakat madani diartikan sebagai,  “Masyarakat sipil yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai dan hukum yang ditopang oleh penguasaan teknologi yang berpereradaban, yang didasarkan oleh iman dan ilmu.”  
Masyarakat madani dalam perspektif al-Qur’an
Terkait persoalan masyarakat madani ini, penulis mengemukakan ayat 71 surah at-Taubah sebagai sebuah pandangan dasar tentang karakteristik masyarakat madani yang ideal.
Ayat di atas menjelaskan sifat-sifat yang seharusnya disandang oleh orang-orang Mukmin dalam kapasitas mereka sebagai sebuah masyarakat. Dari enam sifat disebut dalam ayat tersebut, sifat pertama menggunakan ungkapan khabari berupa jumlah ismiyyah yang mempunyai makna tetap. Lima sifat berikutnya menggunakan ugkapan khabari juga tapi dalam bentuk jumlah fi’liyyah (kata kerja), yaitu ya’muruna (memerintahkan), Yanhauna (melarang), yuqimuna (menegakkan), yu’tuuna(menunaikan), yuthi’uuna (taat). Penggunaan lima kata kerja ini mempunyai arti bahwa semua pekerjaan itu terus dilaksanakan dari waktu ke waktu sepanjang hayat manusia, sebagai proses yang tiada henti.
Dalam Islam, hidup adalah ibadah. Kehidupan di dunia harus diisi dengan kegiatan yang diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Dalam Islam kehidupan dunia adalah ladang amal dan bekerja, bukan alam pembalasan. Sebaliknya, kehidupan akhirat adalah alam pembalasan bukan ladang untuk bekerja.  
Penjabaran enam sifat masyarakat madani Qur’ani adalah seperti berikut:
Pertama: Iman yang merupakan landasaan ideal dan spiritual dari sebuah masyarakat. Setiap mukmin harus menjadi auliya bagi mukmin lainnya. Maknanya adalah mereka saling mengasihi, menyayangi, tolong menolong dalam kebaikan, karena adanya kedekatan di antara mereka atas dasar kesamaan dalam beberapa hal yang sangat prinsip dalam kehidupan, yaitu akidah (tauhid), pedoman hidup (al-Qur’an dan sunnah), dan tujuan hidup (meraih keridhaan Allah, bahagia di dunia dan akhirat)
Persamaan dalam tiga unsur tersebut diharapkan akan memicu sinergi antara satu dengan lainnya. Kasih sayang (rahmah), empati (Ihtimam bilghair), tidak egoistis (ananiyah), akan menjadikan hidupan ini semakin berarti dan menjadi indah. Inilah sistim kehidupan yang dikehendaki Allah dan menjadi dambaan semua masyarakat dunia. Akan halnya hubungan Muslim dengan masyarakat non-Muslim, pola kehidupan yang diinginkan adalah rasa saling menghargai, menghormati, atas dasar prinsip kemanusiaan.
Kedua dan ketiga: Hak, Kewajiban dan Kesadaran hukum. Sesama mukmin handaklah terus melakukan amar ma’ruf, yaitu memerintahkan yang lain untuk berbuat kebaikan. Maksud kebaikan di sini adalah segala yang dipandang baik oleh agama dan akal. Mereka juga saling mencegah berbuat kemungkaran atau suatu perilaku yang dipandang jelek baik menurut agama maupun akal.
Segala kewajiban dan anjuran agama, atau sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat, baik primer maupun sekunder, seperti sektor pangan, pendidikan, kesehatan dan lainnya harus menjadi perhatian bersama, karena mengandung hal-hal yang positif bagi individu dan masyarakat. Hal-hal yang ma’ruf sudah tentu indah karena berisi nilai-nilai kehidupan. Sementara itu setiap larangan agama dipastikan mengandung banyak hal negatif. Maka semua elemen masyarakat harus saling bahu membahu untuk menghindarai hal-hal yang negatif tersebut.
Saat ini, bentuk-bentuk kemungkaran telah berkembang bahkan berubah sesuai budaya dan perilaku manusia, walaupun substansinya masih sama dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an. Dalam bidang ekonomi, memakan harta yang haram dan batil, mempunyai ragam dan bentuknya. Semuanya merugikan orang lain. Contoh yang marak adalah korupsi, kolusi, pungli, manipulasi, suap menyuap, sogok-menyogok, kejahatan kerah putih (white colour crime), pencucian uang haram, penggelembungan anggaran (mark up), belanja fiktif dan lain sebagainya.
Begitu pula dalam bidang politik, seperti kejahatan politik uang, jual beli suara dalam pemilu, dan lain-lain. Dalam bidang lingkungan terjadi pencemaran, pembabatan hutan, dan perusakan sumber daya alam lainnya. Semua kemungkaran tersebut harus diatasi dengan cara-cara yang bijak dan efektif. Semua kalangan, baik birokrat maupun masyarakat sipil, termasuk di dalamnya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), pers, organisasi massa, perguruan tinggi, dan lainnya harus saling bahu membahu dalam penanganan kemungkaran ini, dengan mengawasi, menegur, baik lisan maupun tulisan. Bisa juga melalui kurikulum di Perguruan Tinggi, seperti kurikulum tentang bahaya korupsi.
Penanganan kemungkaran ini dapat dilakukan mulai dengan tindakan halus hingga tindakan tegas dari Ulil Amri atau pemerintah, melalui hukum yang berlaku secara adil. Amar ma’ruf nahi munkarmenjadi elemen yang sangat penting dalam kehidupan. Cukuplah menjadi nilai yang tinggi bahwaamar ma’ruf nahi munkar menjadi bagian yang integral bagi umat yang ingin menjadi bagian dari umat terbaik. Bagi masyarakat yang ingin bahagia, beruntung dan sejahtera (falah), harus ada kelompok yang mempunyai tugas mengawal kedua prinsip ini. Tersingkirnya prinsip amar ma`ruf nahi munkar ini akan menyebabkan masyarakat bisa porak poranda.
Keempat :   Spiritualitas. Sebagai realisasi dari keimanan, yaitu selalu mengerjakan shalat lima waktu, dengan memerhatikan syarat, rukun dan etikanya. Dilakukan secara terus menerus sepanjang hayat dan dikerjakan dengan baik dan khusyu’, agar hikmah shalat berubah menjadi kepribadian seseorang. Shalat adalah hubungan antara hamba dengan Allah. Sebagai refleksi pengabdian manusia kepada Tuhannya. Semangat spiritualitas ini harus terus digelorakan dan didengungkan, agar manusia tidak terpedaya oleh setan yang selalu mengincar manusia untuk digelincirkan dari jalan lurus. 
Kelima: Kepedulian sosial melalui zakat. Zakat adalah bentuk rasa kesetiakawanan sosial, empati, berbagi dengan orang lain. Dengan zakat, manusia tidak lagi kikir, egois, materialistis. Dengan zakat, kesenjangan ekonomi tidak begitu melebar. Jika zakat adalah sebuah kebijakan agama yang demikian mulia, maka cara menunaikannya juga harus baik, yaitu sesuai dengan ketentuan, diberikan kepada yang berhak, dan pemberi zakat mendatangi sendiri para mustahiknya, seakan dia yang membutuhkan kepada mereka.
Keenam : Rujukan Agama. Mengatasi berbagai persoalan kehidupan diperlukan rujukan. Dalam islam rujukan yang betul-betul kredibel adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dalam semua lini kehidupan, baik dalam soal akidah, mu’amalah, ibadah maupun akhlak. Taat kepada Allah berarti taat kepada ajaran yang ada dalam al-Qur’an. Sementara taat kepada rasul adalah taat kepada apa yang ada dalam hadis. Allah yang bersifat rahman dan rahim. Nabi Muhammad yang ditabalkan sebagai Rasul pembawa rahmat bagi alam semesta yang juga santun dan penyayang, akan mengarahkan manusia kepada pekerti yang menguntungkan bagi kehidupan mereka. Dengan adanya rujukan kehidupan berupa al-Qur’an dan sunnah Nabi, maka jalan kehidupan umat Islam menjadi jelas. Loyalitas mereka juga jelas.
Pada akhir ayat diatas, Allah memberikan jaminan bahwa masyarakat muslim yang mampu melaksanakan kelima perilaku tersebut akan mendapatkan rahmah atau  kasih sayang dari Allah SWT. Hal itu tidaklah berat bagi Allah karena Allah adalah Zat yang Mahaperkasa dan semua kebijakan-Nya pasti mengena dan menuai hasil, karena Allah adalah Zat Yang Mahabijaksana.
Apa yang disajikan diatas adalah tawaran al-Qur’an sebagai cara untuk membentuk masyarakat yang penuh dengan nilai dan norma. Pada masa Nabi dan Khulafa’ Rasyidin, semua komponen masyarakat ikut mengawasi jalannya pemerintahan. Pada saat sahabat Umar dilantik menjadi Khalifah, seorang rakyatnya bersumpah bahwa jika Umar menyeleweng, maka dia akan meluruskannya dengan pedang.
Al-Qur’an telah memberikan predikat umat Islam pada masa Nabi dan para sahabatnya sebagai umat yang terbaik yang terlahir di muka bumi. Inilah prestasi puncak umat manusia. Nabi sendiri mengatakan bahwa generasi terbaik adalah generasi masanya kemudian dua genarsi setelahnya.
Pada saat masyarakat dunia telah terpecah menjadi negara bangsa, dan kekuasaan absolut tidak lagi berada di tangan seseorang, tapi sudah terbagi menjadi tiga kekuatan yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif, maka secara teori masyarakat madani bisa tercipta manakala semua pihak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Agar semua elemen tiga kekuasaan tersebut berjalan dengan efektif maka yang paling dibutuhkan adalah komitmen seluruh masyarakat untuk saling bahu membahu melaksanakan semua program-program mereka atas dasar nilai-nilai yang ada pada masing-masing penduduk.
Tidak masalah jika penduduk satu bangsa berasal dari beragam agama. Namun sebaliknya jika komitmen untuk membangun bangsa sudah memudar, maka yang difikirkan adalah kepentingan pribadi maupun golongan. Mereka saling bantu membantu dalam pelanggaran, seperti kerjasama antara eksekutif,  yudikatif dan legislatif, maka bangsa ini tinggal menunggu kehancurannya saja.    

oleh :
Dr Ahsin Sakho Muhammad
Pimpinan Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an Arjawinangun Cirebon

Pengikut

Jumlah Pengunjung

free counters