Islam (The Way
of Life)
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu (Islam)
dan Aku telah melimpahkan nikmat-Ku padamu, dan Aku ridha Islam sebagai
agamamu.” (Q.S. Al-Maidah:3).
Sebagai agama yang telah disempurnakan dan diridhoi oleh Allah,
sudah barang tentu harusnya islam menjadi minhajul
hayat (pedoman hidup) bagi penganut-penganutnya dalam kerangka memperoleh
janji Allah yaitu keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian hidup di dunia
maupun di akhirat.
“Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir,
pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(Q.S. Al-Baqarah:257).
Sudah
menjadi sebuah ketetapan Allah bahwasanya islam diturunkan agar menjadi rahmat
bagi seluruh alam dengan menuntun seluruh ummat manusia kepada terangnya cahaya
(iman), dan bukan kepada kegelapan (kejahiliyahan). Hal tersebut dapat dilihat
dari tinjauan etimologis (asal-usul
kata, lughawi) dan karakteristiknya.
Kata
“Islam” berasal dari bahasa Arab: salima
yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana Firman Allah SWT, “Bahkan,
barangsiapa (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka
baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112). Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim.
Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh
pada ajaran-Nya.
Setidaknya
ada empat aspek yang berkaitan satu sama lain dari akar kata yang membentuk
kata “islam”, yaitu:
1.
Aslama artinya menyerahkan diri. Berarti
orang yang masuk Islam harus menyerahkan diri kepada Allah SWT, yaitu ia siap
mematuhi ajaran-Nya.
2.
Salima artinya selamat. Orang yang
memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3.
Sallama artinya menyelamatkan orang
lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga
harus menyelamatkan orang lain.
4.
Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan
yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan aslama dan sallama.
Dr.
Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais
Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri
dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain dan ini pula yg
menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yg
tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini
pula yang menjadi sebab mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak
“takut” dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuh kerakteristik itu
adalah:
1.
Robbaniyyah. Artinya Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah SWT bukan
dari manusia, karena itu ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana
Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr 9
yg artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.” Konsekuensinya adalah setiap muslim harus
mengabdi hanya kepada Allah sehingga menjadi seorang yang Rabbani, yang artinya memiliki sikap dan nilai-nilai yang datang
dari Allah SWT.
2.
Insaniyyah. Artinya Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia karena
itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada
dasarnya tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia.
3.
Syumuliyah. Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya mengutamakan satu
aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari
konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi,
keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
4.
Al Waqi’iyyah. Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah Al Waqi’iyyah ini
menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau
dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat
diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang kaya miskin pria
wanita dewasa remaja anak-anak berpendidikan tinggi berpendidikan rendah
bangsawan rakyat biasa berbeda suku adat istiadat dan sebagainya.
5.
Al Wasathiyah. Di dunia ini ada agama yg hanya menekankan pada
persoalan-persoalan tertentu ada yg lebih mengutamakan masalah materi ketimbang
rohani atau sebaliknya. Ada
pula yg lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah
seterusnya. Allah SWT menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan umat yang seimbang dalam beramal baik yang
menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun
kebutuhan rohani. Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang hal ini
karena tawazun merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan
malam gelap dan terang hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga
terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya banyak agama yang
menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat
simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada
juga agama yg menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah
ketuhanan merupakan kihayalan belaka bahkan cenderung ada yang tidak percaya
akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan
merupakan sesuatu yang ada namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala
kita keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit
maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu pula dalam masalah
lainnya seperti peribadatan akhlak, hukum dan sebagainya.
6.
Al Wudhuh. Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang
jelas. Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat
dijawab dengan jelas apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud
merusak ajaran Islam itu sendiri.
7.
Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.
Di dalam Islam tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel . Yang
dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yg tidak bisa diganggu gugat,
misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan tapi dalam melaksanakannya ada
ketentuan yang bisa fleksibel misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa
shalat dengan duduk atau berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama’ dan
diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu berwudhu bisa
diganti dengan tayamum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar